Kamis, 30 April 2009

Komunikasi Massa 1

KOMANDO PENDIDIKAN ANGKATAN UDARA
SEKOLAH KOMANDO KESATUAN


STUDI KEPUSTAKAAN KOMUNIKASI MASSA


1. Yang diketahui tentang surat kabar Suara Pembaruan dan Republika, menyangkut organisasi perusahaan dan keredaksian, isi serta gaya bahasa dari kedua surat kabar tersebut adalah :

a. Suara Pembaruan. Merupakan koran yang diciptakan sebagai pengganti harian Sinar Harapan yang di breidel tahun 1986. Harian Sinar Harapan dibatalkan SIUPP-nya tanggal 8 oktober 1986 dan kemudian terbit kembali dengan nama Suara Pembaharuan pada tanggal 4 Februari 1987. Penggantian tersebut diikuti dengan penggantian PT Sinar Kasih sebagai penerbit Sinar Harapan yang diganti menjadi PT Media Interaksi Utama, sebagian besar dari wartawan dari harian Sinar Harapan ditampung, hanya pemimpin redaksi Aristide Katoppo dan pemimpin umumnya H.G Rorimpandey digantikan oleh Albert Hasibuan.

Gerard H rorimpandey merupakan putera dari minahasa kelahiran 85 tahun lalu yang pernah tergabung dalam laskar KRIS Bandung dan merupakan "perintis pers industri." Namanya mencuat ketika ditunjuk oleh kawan-kawan seperjuangan seperti ARSD "BART" RATULANGIE, Ds. Wim Rumambi, Alex Wenas dll utk mengelola harian Sinar Harapan yang berdiri pada 27 april 1961 dan waktu itu berafiliasi dengan partai PARKINDO. dan sejak tahun 1960 an media ini berhaluan independen.

Sekalipun membawa misi kristiani dengan dasar semboyan "memperjuangkan Kebenaran dan keadilan berdasarkan kasih" media bervisi pluralistik ini mendapat tempat terhormat di kalangan pembaca luas. Tetapi jalan penuh liku dan cita-cita Rorimpandey sering diperhadapkan dengan badai pergumulan hingga perjalanan harian Sinar harapan terhenti di bulan oktober 1986 dan berlanjut dengan nama baru Suara Pembaruan di bulan Februari 1987.

HG Rorimpandey selaku pemimpin umum , terus mencari cara untuk bisa kembali menerbitkan Sinar Harapan. Akhirnya pada tanggal 4 Februari 1987 setelah melalui negosiasi panjang dengan pihak pemerintah, pengelola diizinkan kembali menerbitkan koran dengan nama baru yaitu Suara Pembaruan dengan nama penerbit baru yakni PT. Media Interaksi Utama dan tentunya susunan personalia redaksi yang juga baru. Koran baru ini memiliki konsep yang tidak jauh berbeda dengan koran sebelumnya termasuk logo dan rubrikasinya.

Ketika reformasi bergulir, sinar harapan terbit kembali dengan format yang hampir sama dengan suara pembaruan hanya terbitnya pagi hari. tanggal 2 Juli 2001 adalah pemunculan perdana sinar harapan baru yang tampil dengan logo dan jenis huruf yang pernah dipakai suara pembaruan selama empat belas tahun.

Setelah era reformasi, beberapa pihak di internal Suara Pembaruan keluar dan menerbitkan kembali Sinar Harapan , sehingga saat ini kedua koran ini yang pada dasarnya dari akar yang sama bersaing di pasar koran sore. Suara Pembaruan sendiri terbit setiap hari dengan edisi Minggu nya sudah diedarkan di pasar berbarengan dengan edisi Sabtu sore. Tidak seperti edisi hariannya yang penuh dengan berita berat seperti politik, ekonomi, hukum dan lain-lain, edisi Minggu Suara Pembaruan bercorak lebih santai dan soft. Beritanya dikemas lebih ringan untuk menemani akhir pekan para pembacanya. Sejak tahun 2006, Suara Pembaruan memiliki kemitraan strategis dengan Globe Media Group, sebuah grup penerbit yang mengelola beberapa media cetak diantaranya koran bisnis Investor Daily, Majalah Investor, majalah Globe Asia, dan koran berbahasa Inggris The Jakarta Globe. Seperti halnya koran-koran mainstream pada umumnya, Suara Pembaruan terbit dalam versi cetak, versi online (www.suarapembaruan.com) dan versi e-paper (epaper.suarapembaruan.com).

Peredaran Suara Pembaruan yang dikomandoi oleh Wim Tangkilasan meliputi sekitar 85% di Jabodetabek dan 15% di kota-kota lain di Indonesia. Banyak kalangan menilai Suara Pembaruan adalah koran sore terbesar di Indonesia. Menurut Nielsen Media Research, profil pembaca Suara Pembaruan adalah pria (67%), usia 30-39 tahun (51%), usia 20-29 tahun (38%), SES A1, A2 (40%), white collar (56%), blue collar (25%), pendidikan SLTA (58%) dan universitas (25%).

Kelahiran dua harian media cetak yang dipelopori oleh Tokoh – tokoh dengan latar belakang agama yang berbeda tersebut tentu dengan menyelipkan misi-misi keagaman dalam bidang politik.

b. Harian Republika. Merupakan koran nasional yang dilahirkan oleh kalangan komunitas Muslim bagi publik di Indonesia. Penerbitan tersebut merupakan puncak dari upaya panjang bagi kalangan umat Islam, khususnya para wartawan profesional muda yang telah menempuh berbagai langkah. Kehadiran Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) kemudian dapat menembus pembatasan ketat pemerintah untuk izin penerbitan saat itu yang kemudian memungkinkan upaya-upaya tersebut berbuah.

Republika terbit sejak tanggal 4 Januari 1993 oleh tokoh cendekiawan muslim dari Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) pada dasarnya bersifat idealis. Artinya harian tersebut didirikan dengan tujuan politis_ideologis. Menurut David T. Hill, Republika dibangun setelah ICMI mengidentifikasikan "musuh bersama", yaitu kelompok minoritas yang menguasai konglomerasi media yang sengaja menutupi kegiatan-kegiatan islam secara profesional.

Meningkatnya peran serta umat islam ditunjang dengan adanya ledakan kaum terdidik (intellectual booming) di kalangan kelas menengah kaum santri Indonesia. Program dan kebijaksanaan pendidikan orde baru secara langsung maupun tidak langsung telah melahirkan generasi baru kaum santri yang terpelajar, modern, berwawasan kosmopolitan, berbudaya kelas menengah, serta mendapat tempat dalam institusi-institusi modern.

Kelahiran harian Republika merupakan salah satu bagian dari program yang digagas atau dipelopori oleh bentuk program langsung dan unit badan otonom ICMI. Terbentuk atau berkembanglah PINBUK dengan ribuan BMT, Asuransi takaful, bank muamallat Indonesia, harian Republika, YAAB-Orbit, Masika, Alisa khadijah, mufakat, MKPD, Wisma Sakinah, CIDES, wakaf buku, Mafikibb, yayasan Bumi, LPBH.

Di Indonesia menyusul kelahiran ICMI, oleh kaum cendekiawan muslim lahir bank Muamallat Indonesia dan beberapa lembaga keuangan syariah lain, seperti asuransi dan lembaga pembiayaan keuangan non-bank. Dan dari kelompok sosial inilah muncul gagasan menerbitkan koran harian Republika yang mulai terbit 4 januari 1993. Dengan dukungan ICMI koran harian Republika kemudian dapat terdistribusi luas di berbagai daerah dan langsung menarik minat pembaca muslim khususnya yang tinggal di wilayah perkotaan.

Penerbitan Republika dinilai menjadi berkah bagi umat Islam. Sebelum masa itu, aspirasi umat Islam tidak mendapat tempat dalam wacana nasional. Kehadiran media ini bukan hanya memberi saluran bagi aspirasi tersebut, namun juga menumbuhkan pluralisme informasi di masyarakat. Karena itu kalangan umat Islam kemudian antusias memberi dukungan, antara lain dengan membeli saham sebanyak satu lembar saham per orang. Dan PT Abdi Bangsa Tbk sebagai penerbit Republika pun menjadi perusahaan media pertama yang menjadi perusahaan publik.

Keberhasilan republika disusul dengan kelahiran majalah Ummat di awal tahun 1995. yang mempunyai semangat yang sama untuk melayani kebutuhan masyarakat islam yang sadar politik karena waktu itu tidak ada majalah yang mengisi segmen tersebut.

Tetapi karena jarak kelahiran yang bebeda 4 tahun dari koran Republika, dan selama 4 waktu tsb terjadi perkembangan politik yang tidak persis sama dengan ketika harian Republika dilahirkan dibawah pengelolaan PT. Abdi bangsa (ABBA), majalah Ummat dipandang sebagai pers yang mempunyai kecenderungan terhadap koran berbasis politik aliran. Dalam hal ini mereka menganggap telah mewakili aspirasi Umat Islam karena sejak berdiri diklaim oleh pendirinya sebagai salah satu "raison d'etre" berdirinya koran tsb. hal ini terlihat dari kepemilikan mayoritas saham PT. Abdi Bangsa yang dominan dipegang oleh orang-orang ICMI seperti Erick Tohir, B.J. habibie dan Adi Sasono. atau lebih tepatnya harian Republika dinilai kurang mewakili salah satu corak penafsiran Islam yang lebih "fundamentalistis". Hal tersebut dipandang karena lahirnya Republika Ummat secara lebih independen dengan semangat kewiraswastaan.

Majalah Ummat harus berhenti terbit disaat reformasi politik baru dimulai tahun 1998. penyebabnya kendala ideologis dalam melakukan akomodasi dengan kekuatan modal dan tingkat resistensi yang tinggi dari pasar iklan yang merupakan salah satu sumber bernafasnya sebuah media cetak.

Mengelola usaha penerbitan koran bukan perkara sederhana. Selain sarat dengan modal dan sarat SDM, bisnis inipun sarat teknologi. Keberhasilan harian Republika yang sudah menapaki usia 15 tahun merupakan buah upaya keras manajemen dan seluruh awak pekerja di PT Abdi Bangsa Tbk yang dilakukan oleh perusahaan yang menerbitkan koran ini sejak 1993 untuk mengelola segala kerumitan tersebut.

Selain dituntut piawai berhitung, pengelola koran juga harus jeli, cerdik, dan kreatif bersiasat untuk tetap bertahan dan memenangkan persaingan. Sejak awal, Republika memang dekat dengan "sesuatu yang baru". Tatkala lahir, Republika menggebrak dengan tampilan "Desain Blok" yang tak lazim. Republika pun mampu menyabet gelar juara pertama Lomba Perwajahan Media Cetak pada tahun 1993.

Pada tahun 1995, Republika membuka situs web di internet. Dengan demikian pemberitaan dalam harian Republika juga dapat diakses melalui Internet. Selain itu harian Republika juga menjadi yang pertama mengoperasikan Sistem Cetak Jarak Jauh ( SCJJ ) pada tahun 1997. Pendekatan juga dilakukan kepada komunitas pembaca lokal. Republika menjadi salah satu koran pertama yang menerbitkan halaman khusus daerah. Selalu dekat dengan publik pembaca adalah komitmen yang diusung Republika untuk maju.

Mulai tahun 2004, Republika dikelola oleh PT Republika Media Mandiri ( RMM ). Sementara PT Abdi Bangsa naik menjadi perusahaan induk ( Holding Company ). Di bawah PT RMM dengan pemimpin redaksi Ikhwanul Kiram Mashuri dan wakil pemimpin redaksi Nasihin Masha, Republika terus melakukan inovasi penyajian untuk kepuasan bagi pelanggannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar